27 Agustus 2009

Belajar kalkulus yuk

Assalamualaikum wr. wb.

Dulu waktu SD, saya paling benci dengan pelajaran matematika. Imbasnya pada nilai yang naik turun. Kadang baik, kadang turun. Kelas 1,2 dan 3 SD nilaiku standar. Ada pengalaman menarik waktu kelas 2 SD. Ketika itu sedang membahas pecahan. Aku bingung dengan konsep itu. Untungnya ada bapakku, Sumaharto, yang mengenalkan materi tersebut dengan cara yang berbeda.

Bapak mengambil tempe goreng, kemudian membaginya menjadi 2. Beliau bilang tempe ini mulanya satu, kemudian dibagi 2 sehingga tiap-tiap bagian menjadi setengah. Setelah itu, bagian 1/2 tersebut dibagi menjadi 2 lagi sehingga bernilai 1/4. Kemudian beliau membaginya lagi sehingga menjadi 1/8 dan dimakan olehku katanya. Oooo ternyata begitu to.

Namun sayang ketika pindah ke mangkang, aku mulai ngga suka lagi sama matematika. Bahkan ketika hari pertama masuk SD, aku sama sekali tidak bisa mengerjakan paragapit (pembagian secara manual). Aku malu sekali. Sejak hari itu, aku tambah benci sama matematika. Dalam benakku, tertanam pemikiran bahwa matematika adalah pelajaran tersulit. Dampaknya jelas, nilaiku turun drastis.

Sekali lagi, bapakku memotivasiku dengan pendekatan yang berbeda. Bapakku bertanya "siapa siswa terpandai di SDmu?" "Widi pak" jawabku. "Widi kalau dirumah makannya apa?" tanya bapak, "Nasi pak". Beliau melanjutkan "Bagus makan apa?". "Nasi pak?" jawabku masih belum mengerti. "Kalau sama-sama makan nasi, mengapa Bagus tidak bisa sepintar Widi?" tanya Bapak mengejarku. Sejak hari itu, aku mulai mencintai matematika, apapun yang terjadi. Motivasi dari bapakku berbuah manis. Alhamdulillah, pada saat ebtanas, nilai matematikaku 9.

Kecintaanku pada matematika, kalau digambarkan dengan grafik, pasti akan naik turun. Pada saat kuliah aku berhadapan dengan kalkulus. Pelajaran apa itu kataku dalam hati. Namun karena aku terlalu banyak bermain dan terlalu tergantung pada temanku yang pandai, akhirnya nilaiku C. Pernah kucoba untuk mengulang, namun bahkan dapat D. Ternyata aku masih terperosok ke lubang yang sama, terlalu sering bermain.

Sampai sekarang aku masih penasaran dengan kalkulus. Mengapa bisa sesulit itu? bagaimana menaklukkannya? Dengan blog ini, aku tidak merasa pintar (bahkan kelihatan bodohnya) dalam kalkulus. Aku hanya ingin berbagi tentang apa yang kutahu mengenai kalkulus. Meskipu sedikit mungkin bermanfaat bagi pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar